بسم الله الرحمن الرحم
Sebelum masuk Islam ia bernama Peter. Setelah masuk Islam namanya diganti dengan Waleed. Nama keluarganya adalah Duisters.
Ia dibesarkan di keluarga Katolik. Namun ia tidak pernah merasa betah di agama ini. Saya percaya terhadap Sesuatu Yang Mahakuasa, katakanlah Tuhan, ungkapnya. Tapi bagi dia Tuhan itu bukanlah seorang pria berjenggot putih seperti terlihat di buku-buku Kristen.
Tuhan bagi saya, tambah Peter, bukanlah patung salib yang terbuat dari batu seperti yang terlihat di gereja.
"Saya tidak merasa sama sekali bahwa ini Tuhan saya, yang harus saya sembah," jelasnya.
Tidak percaya agama
Makanya saya tidak percaya sama agama sama sekali. "Agama adalah suatu hal yang tidak masuk akal. Agama itu tidak benar sama sekali," tandasnya.
Waktu berusia 19 tahun Waleed atau Peter banyak teman sekelas dengan orang Islam. Dan mereka sering berbicara soal agama mereka. "Dari satu segi saya tertarik juga dengan pembicaraan itu," katanya.
Suatu ketika kelasnya membahas soal agama. Banyak siswa yang mengatakan bahwa mereka percaya kepada sesuatu. Lalu ada seorang cewek Maroko dengan yakin mengatakan: "Saya percaya pada Allah." Pria Katolik ini terkesan dengan cara perempuan ini mengungkapkan hal tersebut.
Dari wajahnya tampak sekali bahwa perempuan Maroko ini benar-benar yakin akan kebenaran agamanya. Peter ingin tahu kenapa perempuan ini begitu yakin.
Saat itu Peter masih berpendapat, Islam agama tidak masuk akal. Ia pun mencoba menjelaskan kepada teman-teman muslimnya tentang ketidakbenaran Islam, berdasarkan pengalamannya dengan agama sendiri, yaitu Katolik.
"Agama saya, Katolik, tidak benar. Makanya agama kalian juga tidak benar," katanya ketika itu kepada teman-teman Islamnya.
Menghadiri pengajian
Karena begitu bersemangat ingin membuktikan kesalahan Islam, ia pun menghadiri sebuah pengajian yang membahas mukjizat dalam Al Quran. Bagi Peter pertemuan itu tak lebih dari semacam dagelan.
Pada suatu ketika ia ditugasi bersama seorang perempuan Maroko lain untuk menggeluti sebuah proyek mata pelajaran kemasyarakatan. Setelah berdiskusi panjang untuk memilih topik, akhirnya ia menyampaikan usul kepada temannya perempuan Maroko tadi: "Kenapa kita tidak pilih Islam sebagai topik?"
Serta merta temannya tidak percaya apakah usul Peter serius. Waleed, yang saat itu masih bernama Peter, memang ingin lebih banyak tahu tentang Islam supaya bisa berdebat dengan orang Islam. Akhirnya mereka setuju untuk memilih Islam sebagai topik.
"Bagi saya, ini adalah kesempatan untuk membawa Al Quran ke rumah untuk dibaca. Mula-mula kesan saya Al Quran buku yang aneh," tandas Waleed.
Memperdalam Islam
Tapi lama kelamaan Peter menemukan bahwa Al Quran banyak membahas ketuhanan agama Katolik. Dari satu segi, ia tidak percaya kebenaran Al Quran, tapi di segi lain ia mulai bertanya-tanya mungkin Islam agama yang benar.
Ia pun tambah giat memperdalam Islam. Dan akhirnya ia terpaksa mengaku bahwa ia mulai percaya pada Islam. Dan ujungnya ia pun menerima Islam sebagai agamanya. Dan sekarang nama lengkapnya adalah Waleed Duisters.
Sumber : http://www.rnw.nl/id/bahasa-indonesia/article/kisah-pria-belanda-masuk-islam?quicktabs_1=2
0 komentar:
Posting Komentar