بسم الله الرحمن الرحم
Mari kita dengarkan bagaimana Ummu Salamah berkisah tentang santunnya ‘Utsman bin Thalhah dalam perjalanan mereka ke Madinah.
Sungguh, hanya Allah yang mengawasi mereka sepanjang 400 kilometer itu.
Ya. Padahal Ummu Salamah adalah salah satu wanita tercantik di MAkkah, dan ‘Utsman pun tergolong tampan.
Agaknya, ketundukkan pandangan ‘Utsman bin Thalhah, kemuliaan akhlaqnya, dan kesuciannya inilah yang membuat Rasulullah mencegah ‘Umar membunuhnya saat dia masih musyrik dan menjadi tawanan Badar.
Bahkan kemudian, beliau menetapkan hak pemegang kunci Ka’bah padanya dan keturunannya saat penaklukan Makkah. Inilah yang beliau SAW lakukan, meski ‘Ali sang menantu mulia menginginkan dan meminta kedudukan itu untuk disatukan dengan hak pemberian minum jama’ah haji yang ada pada keturunan ‘Abdul Muthalib.
Ibnu Ishaq meriwayatkan fragmen ini, dalam penggal kisah Ummu Salamah.
Dan inilah yang dituturkan Ummu Salamah :
Utsman bin Thalhah bertanya kepadaku, “hendak pergi kemana wahai putri Abu ‘Umayah?”
“Aku hendak menemui suamiku di Madinah”
“Tidak adakah seseorang yang menyertaimu?”
“Tak seorangpun, kecuali Allah dan anakku ini..”
“Demi Allah tidak selayaknya engkau dibiarkan seperti ini”, katanya.
Lalu dia menuntun tali kendali unta dan membawaku berjalan dengan cepat.
Demi Allah, aku tidak pernah bepergian dengan seorang laki-laki dari kalangan Arab yang lebih santun dari dirinya.
Jika tiba di suatu tempat persinggahan, dia menderumkan unta, kemudian dia menjauh dan membelakangiku agar aku turun. Apabila aku sudah turun, dia menuntun untaku dan mengikatnya disebuah pohon.
Kemudian ia menyingkir dan mencari pohon lain, berteduh dibawahnya sambil tidur telentang. Jika sudah dekat waktunya untuk melanjutkan perjalanan, dia mendekat ke arah untaku dan menuntunnya.
Sambil agak menjauh lagi dan membelakangiku dia berkata, “Naiklah!”
Jika aku sudah naik dan duduk dengan mapan di dalam sekedup, dia mendekat lagi dan menuntun tali kekang unta.
Begitulah yang senantiasa ia lakukan hingga ia mengantarku sampai ke Madinah.
Setelah melihat perkampungan bani ‘Amir bin ‘Auf di Quba’, dia berkata :” Suamimu ada di kampung itu. Maka masuklah ke sana dengan barakah Allah.”.
Setelah itu, ia membalikkan badan dan kembali ke Makkah.
Luar biasa, terima kasih padamu wahai ‘Utsman, yang telah mengajarkan pada kami akhlaq laki-laki sejati. Inilah spontanitas hati yang mampu membedakan mana yang halal dan mana yang tidak.
0 komentar:
Posting Komentar